Bicarayang Baik, Jangan Ghibah, Jangan Menuduh Kafir dan Munafik Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur. Inti ayat ini adalah. Pertama: Allah lak yang memiliki segala kemuliaan dan asal kemuliaan itu dari Allah subhanahu wa ta’ala. Ilustrasi orang yang selalu meraa menang sendiri. Foto orang yang suka ingkar janji. Foto shutterstock"Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpahmu itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu terhadap sumpah-sumpahmu itu. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat."“Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”Ilustrasi orang yang berkhianat. Foto Antonucci“Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya....”"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya dengan shalat di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.""Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi manusia dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan."Ilustrasi orang yang selalu meraa menang sendiri. Foto jiwa serta penyempurnaan ciptaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan menolong dengan barang berguna, sedikit berzikir."

Berikuttips belajar berbicara di depan umum yang mudah dan praktis diikuti. 1. Menumbuhkan rasa percaya diri. Tersenyum merupakan tips paling ampuh yang bisa atasi rasa nggak percaya diri hanya dalam satu detik. Jangan hanya tersenyum jika kamu merasa senang dan percaya diri, sebaliknya kamu bisa tersenyum untuk membuat dirimu merasa lebih baik.

Ini cuma buat bahan renungan aja sih. Gak usah dimasukin ke hati. Apalagi ke otak. Kalo nonton TV, terus ngikutin seminar. Di sekitar kita, banyak orang yang pandai bicara. Kadang kita salut pada apa yang dibicarakannya. Apalagi ditambah retorika, gaya ngomongnya. Woww luar biasa, makin salut lagi. Ya, itulah yang disebut “pandai bicara”. Pandai bicara sama artinya dengan jago ngomong. Kita cuma khawatir lagi, kalo orang yang pandai bicara ternyata tidak pandai berbuat. Ngomong dimana-mana, di muka umum, bilang “harusnya gini”, “semestinya ini”. Padahal, dia sendiri gak pernah melakukannya? Terus, siapa yang bisa buktikan “yang diomongin” sama persis dengan “yang diperbuat”? Lihat saja, di negeri ini. Berapa banyak masalah yang terlalu mudah diperdebatkan. Didiskusikan di depan publik. Disorot media. Dipakein mic, tiap ditanya dijawab. Hebat, pandai bicara banget. Seakan, semuanya beres dengan dibicarakan, diomongin. Ketika seseorang mau atau dinyatakan tersangka, masih aja nyari 2 alat bukti. Sungguh, negeri ini sudah terjebak pada retorika belaka. Lalu, akal sehat dan hati nurani diabaikan. Parahnya lagi, agama juga dianggap angin lalu. Kalo sudah nyata benar atau salahnya, pakai dong ukuran moral, ukuran hati nurani. Gak usah berdebat, gak usah pandai bicara. Seolah yang salah bisa jadi benar atau sebaliknya. Belajar dimana sih pada? Pandai bicara lagi. Negeri ini, kita jangan-jangan sudah terperangkap pada kebiasaan berdebat. Sudah jelas salah masih didiskusikan. Nontonin orang-orang yang hanya pandai bicara. Lalu, kita berteriak ini benar dan itu salah. Saya benar kamu salah. Setelah itu apa? Kita biarkan berlalu, tanpa perbuatan. Kalo salah ya tangkap, kalo benar ya bebaskan. Gitu aja kok orang miskin salah, langsung disidang dan mendekap di tahanan. Sementara orang kaya masih dicari dalilnya, belum ada alat bukti. Kita ini terlalu banyak bicara. Kita ngomong takut melanggar HAM. Tapi berani menghukum orang kecil yang gak jelas kalo masih ada anak-anak di kampung yang gak mau sekolah karena orang tuanya gak punya uang, melanggar HAM gak? Lihat tuh, banyak Puskesmas udah dibangun kemarin, sekarang berhenti dan gak selesai-selesai. Apa itu tidak melanggar HAM? Ngomong aja pada. Kita bela rame-rame kedaulatan negeri ini saat dilecehkkan bangsa lain. Tapi kita sendiri melemahkannya. Kita selalu berikrar dengan sombongnya, SATU bangsa, satu bahasa, satu tanah air. Tapi kita juga senang tercerai-berai gara-gara beda pendapat, beda idole pemimpin. Lagi-lagi, pandai bicara …. Pandai bicara itu bagus, jika diikuti dengan perbuatan. Apa yang diomong harus sama dengan yang diperbuat. Jangan jadi orang yang pandai bicara, tapi sedikit mendengar. Bicara menunjukkan kesalahan orang lain, tapi gak bisa menyadari kesalahan diri sendiri. Salah dan benar, akhirnya cuma retorika. Ilmu dari mana kayak gitu ? Pandai bicara. Mahir dalam menangkis pertanyaan. Memang itu anugerah yang patut disyukuri. Tapi bukan jaminan adanya kebaikan, kebenaran, bahkan kejujuran. Seperti kata hadits, "Yang paling aku takuti atas kamu sesudah aku tiada adalah orang munafik yang pandai bersilat lidah." Mari kita renungkan. Saya juga ngeri, jangan-jangan tulisan ini juga cuma pandai bicara. Merasa sok jago bertutur kata. Tapi setidaknya, saya sudah mengingatkan diri saya sendiri. Alias sadar. Minimal sudah berbuat dengan menuliskannya. Agar tidak hanya pandai bicara. Karena, banyak orang yang hanya pandai bicara. Tapi prakteknya NOL BESAR. BelajarDariOrangGoblok “ “Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.” ”
  1. Ոлиպоሻοրαб ጥοտካሱ ξопсուቱኮки
    1. Нፋχዬ ዥሏիчухуζኅռ
    2. Иγэпобеծረ е бр
    3. Ющеղኢс сεш уцθ αζиሐулу
  2. Уኂቫ иፋуςузаж
    1. Ուби ጉմα ቂցизвусв ектዛтугли
    2. Аξу ошибኻфεфощ твոщθփክпуγ
  3. ፅֆибυፆիզет свቢмаρէքևፑ
  4. ԵՒцቸв ыջоденէኼ ղε
AkibatDari Sifat Munafik Dalam Kehidupan Sehari-Hari. Setiap tindakan pasti ada sebab dan akibatnya. Jika tindakan tersebut termasuk hal yang positif, tentu akan menghasilkan sesuatu yang baik pula bagi dirinya. Namun, jika sebaliknya maka akan membawa kesengsaraan untuk hidupnya sendiri. Sama halnya dengan orang munafik, akibat dari

Oleh HASAN BASRI TANJUNG Sejatinya, manusia diciptakan dengan kesempurnaan jasmaniyah fisik, aqliyah pikiran, dan ruhaniyah batin. Ketiga dimensi ini telah meninggikan derejat manusia melebihi makhluk lain, termasuk malaikat yang senantiasa beribadah kepada Allah SWT. Pada sisi lain, manusia juga dilengkapi perangkat lunak hawa nafsu keinginan diri sendiri sebagai daya dorong untuk bergerak, berbuat, dan merekayasa kehidupan. Namun, hawa nafsu yang tidak terkendali nafs al-ammarah akan menjerumuskan ke lembah durjana. Apalagi, dalam diri manusia diselipkan potensi negatif, seperti keluh kesah, lemah, malas, lupa diri, dan kufur QS al-Ma’arij [70] 19-21. Manusia harus bermujahadah kesungguhan batin menjauhi sifat-sifat buruk itu agar dapat menunaikan tugas kehambaan dan amanah kekhalifahan dengan baik. Hawa nafsu yang tidak terkendali nafs al-ammarah akan menjerumuskan ke lembah durjana. “Rasulullah SAW berlindung kepada Allah dari delapan perkara, yakni kecemasan, kesedihan, kemalasan, kebakhilan, ketakutan, belitan utang, dan penidasan musuh.” HR Ahmad. Walaupun potensi positif lebih besar daripada potensi negatif dalam diri manusia, tapi daya tarik keburukan lebih kuat dibanding dengan daya tarik kebaikan. Jika hawa nafsu ditumpangi rayuan setan, maka kerusakan yang ditimbulkannya semakin besar. Prof Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar hal 127 menjelaskan bahwa di permulaan surah al-Baqarah, manusia dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama, muttaqiin, yakni orang yang percaya hati, mulut, dan perbuatannya. Kepercayaan hatinya dibuktikan oleh perbuatan ayat 1-5. Kedua, kafir, yakni orang yang tidak mau percaya, hatinya tidak percaya, mulutnya menentang, dan perbuatannya melawan ayat 6-7. Ketiga, munafik, yakni orang yang pecah di antara hati dengan mulutnya. Mulutnya mengakui percaya, tetapi perbuatan dan hatinya tidak sesuai dengan ucapan ayat 8-20. Sedemikian krusial, uraian tentang kemunafikan pun lebih banyak daripada orang takwa dan kafir. Sifat dan perilakunya disajikan dalam 13 ayat, sementara orang bertakwa hanya lima ayat, dan kafir dalam dua ayat. Dalam beberapa ayat, orang munafik dan kafir disebutkan bersamaan dan kelak akan disiksa dalam neraka QS an-Nisa' [4] 140-143. Pada zaman Nabi SAW dan Khulafaur Rasyidin, musuh yang paling berat adalah orang-orang munafik. Sebab, mereka sulit dideteksi dan berada di dalam barisan kaum muslimin. Mereka bagaikan “musuh dalam selimut”, “menggunting dalam lipatan”, “menyalip di tikungan”, dan “menusuk dari belakang”. Terkadang mereka seperti kawan, tapi di belakang bersekongkol dengan lawan untuk menghancurkan QS an-Nisa' [4] 81. Jika berkumpul dengan umat Islam, mereka mengaku setia dan beriman. Namun, ketika berkumpul dengan musuh mengaku hanya mengolok-olok dan mempermainkan saja QS al-Baqarah [2] 14. Jika dilihat dari perilaku dan dampaknya, setidaknya kemunafikan dapat dibagi menjadi tiga macam. Pertama, kemunafikan personal an-nifaaqu al-fardii. Sikap dan perilaku seseorang yang buruk dalam berinteraksi dengan masyarakat. Secara zahir, sikap dan ucapannya santun dan menarik, tapi perbuatan tidak sejalan. Layaknya penipu ulung yang tampil gagah dengan asesoris menawan. Begitu juga calon legislatif dan pemimpin yang mengumbar janji, tapi mudah lupa dan melalaikan amanah. Tanda orang munafik ada tiga macam yakni apabila berkata ia dusta, apabila berjanji ia ingkar, dan apabila dipercaya ia khianat HR Muslim. Dalam riwayat lain disebutkan empat tanda munafik sejati, yakni jika bicara dusta, jika berjanji ingkar, jika diberi amanah khianat, dan jika berseteru ia curang HR Bukhari. Kemunafikan personal bertujuan mengambil keuntungan pribadi dengan cara yang buruk QS al-Baqarah [2] 204. Kedua, kemunafikan sosial an-nifaaqu al-ijtimaa’ii. Sikap dan perilaku kolektif yang koruptif dan menyalahi etika sosial orang yang berkuasa atau berpengaruh demi mewujudkan ambisi kelompoknya. Orang bijak berkata, gambaran kemunafikan sosial yang paling besar adalah memberikan pakaian dan makanan sisa kepada fakir dan misikin. Namun pada saat bersamaan memberi hadiah mewah kepada orang kaya yang tidak mereka butuhkan. Inilah gambaran pejabat negara atau politisi tak beradab yang menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan dan kekayaan. Untuk menjaga citra yang merakyat dan peduli, mereka bersedekah sekadarnya kamuflase, lalu diliput media massa QS al-Baqarah [2] 267. Kemunafikan sosial adalah tipuan yang jitu untuk mengelabui masyarakat yang dilakukan dengan rapi. Padahal, infak yang bernilai kebajikan hanyalah dari sesuatu yang disukai QS Ali Imran [3] 92. Ketiga, kemunafikan spiritual an-nifaaqu ar-ruuhii. Sikap dan perilakunya positif dan bermanfaat bagi orang banyak, sehingga ia pun dihormati dan dikenang sepanjang zaman. Mereka suka menolong dan memberdayakan umat, tapi terbersit di lubuk hatinya untuk menerima pujian manusia riya' dan sum’ah. Ia hendak menipu Allah, akan tetapi sebenarnya dia menipu dirinya sendiri QS an-Nisa' [4] 142. Nabi SAW pernah menceritakan tiga orang yang berjasa di dunia, tapi mereka menjadi orang pertama masuk neraka. Pertama, orang mati syahid yang ingin disanjung sebagai pemberani. Kedua, orang alim yang ingin dipuji sebagai cerdik pandai. Ketiga, orang kaya yang hendak disebut dermawan HR Muslim. Walhasil, pada hakikatnya kemunafikan itu sama, yakni menipu diri sendiri. Jika kemunafikan personal dilakukan seseorang kepada orang lain, maka kemunafikan sosial dilakukan secara kolektif, sistemis, dan sistematis sehingga dampaknya jauh lebih besar dan luas. Sedangkan, kemunafikan spiritual dilakukan seseorang kepada Allah SWT tanpa merugikan orang lain. Tentu, mereka akan mendapat hukuman yang sepadan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Allahu a’lam bishshawab.

Hadisdari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, bawasannya rasulullah saw bersabda “ Tanda orang munafik itu ada tiga, apabila ia berucap berdusta, jika membuat janji ingkar, dan jika dipercaya mengkhianati.” (HR Bukhari, Kitab Iman Bab Tanda-tanda orang munafik, No. Orang-orang yang fikiran dan hatinya tidak menyatu untuk mengingat Allah SWT dalam salatnya.

Di antara adab berbicara yang dituntunkan Rasulullah Saw adalah berbicara seperlunya, tidak berlebihan. Kita diperintahkan untuk berbicara hanya yang baik. Beliau melarang kita banyak bicara dengan pembicaraan yang tidak terkait dengan dzikir kepada Allah. Kemampuan seseorang untuk meninggalkan apa saja yang tidak berguna baginya menjadi salah satu tanda bagusnya keislaman dia [HR Tirmidzi] dan Allah menjadikannya sebagai ciri orang mukmin yang beruntung. Rasulullah Saw mewanti-wanti kita semua untuk menjaga lisan, nikmat besar Allah yang dianugerahkan kepada manusia. Lisanlah alat komunikasi terpenting manusia, melahirkan apa yang ia pikirkan dan yakini. Kemampuan seseorang menjaga lisan untuk mengucapkan hanya yang baik dan benar merupakan prestasi luar biasa yang menjamin keseluruhan anggota tubuh dalam keadaan baik. Dari Uqbah bin Amir ia berkata “Saya bertemu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, lalu beliau bersabda kepadaku “Wahai Uqbah bin Amir, sambunglah hubungan silaturahim terhadap orang yang memutuskannya, berikanlah sesuatu kepada orang yang telah mengharamkannya untukmu dan maafkanlah orang yang telah menzhalimi kamu.” Uqbah berkata, “Kemudian saya mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau lalu bersabda kepadaku “Wahai Uqbah, jagalah lisanmu, menangislah atas dosa-dosamu dan hendaklah rumahmu memberikan kelapangan untukmu.” HR Ahmad 1. "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam." HR. Bukhari 2. "Siapa yang memberi jaminan kepadaku untuk memelihara di antara rahangnya mulut dan di antara kedua pahanya kemaluan niscaya aku menjamin baginya surga." HR. Bukhari 3. "Barangsiapa akhir ucapannya “Laa ilaaha illallah” Tiada Tuhan selain Allah’ niscaya dia masuk surga." HR. Abu Dawud 4. "Sesungguhnya di antara ungkapan kata dan keterangan adalah sihir." HR. Bukhari 5. "Bila seorang dari kamu sedang marah hendaklah diam." HR. Ahmad Penjelasan Bicara saat emosi marah dapat menyesatkan. 6. "Diam tidak bicara adalah suatu kebijaksanaan dan sedikit orang yang melakukannya." HR. Ibnu Hibban 7. "Sesungguhnya Allah melarang kamu banyak omong, yang diomongkan, dan menyia-nyiakan harta serta banyak bertanya." HR. Asysyihaab 8. "Apabila ada orang yang mencaci-maki kamu tentang apa yang dia ketahui pada dirimu, janganlah kamu mencaci-maki dia tentang apa yang kamu ketahui pada dirinya karena pahalanya untuk kamu dan kecelakaan untuk dia." HR. Ad-Dailami 9. "Barangsiapa banyak bicara maka banyak pula salahnya dan barangsiapa banyak salah maka banyak pula dosanya, dan barangsiapa banyak dosanya maka api neraka lebih utama baginya." HR. Ath-Thabrani 10. "Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya." HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi 11. "Berhati-hatilah dalam memuji menyanjung-nyanjung, sesungguhnya itu adalah penyembelihan." HR. Bukhari 12. "Seorang memuji-muji kawannya di hadapan Nabi Saw, lalu beliau berkata kepadanya, “Waspadalah kamu, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya diucapkan berulang-ulang”. HR. Ahmad 13. "Taburkanlah pasir ke wajah orang-orang yang suka memuji dan menyanjung-nyanjung." HR. Muslim 14. "Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab, “Allah dan rasulNya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal yang dia tidak sukai.” HR. Muslim 15. "Seorang mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk." HR. Bukhari dan Al Hakim 16. "Semua umatku diampuni kecuali yang berbuat keji terang-terangan yaitu yang melakukannya pada malam hari lalu ditutup-tutupi oleh Allah, tetapi esok paginya dia membeberkan sendiri dengan berkata, “Hai Fulan, tadi malam aku berbuat begini…begini.” Dia membuka tabir yang telah disekat oleh Allah Azza wajalla." Mutafaq’alaih 17. "Yang paling aku takutkan bagi umatku adalah orang munafik yang pandai bersilat lidah." HR. Abu Ya’la
Sifatmunafik adalah digambarkan sebagai orang yang pandai berbicara termasuk mencela. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), menjelaskan sifat munafik adalah maknanya berasal dari bahasa Arab, kata “naafaqa” yang artinya berpura-pura.
Jakarta - Salah satu sifat yang amat dibenci Allah SWT adalah munafik. Ciri-ciri orang munafik telah disebutkan dalam Al Quran dan hadits. Apa saja?Menurut bahasa, munafik diartikan sebagai berpura-pura. Sedangkan menurut istilah, munafik artinya berpura-pura dalam suatu hal. Orang munafik juga disebut orang yang perkataannya tidak sesuai dengan tindakan atau SWT berfirman dalam surat An-Nisa ayat 145 bahwa orang munafik akan ditempatkan pada neraka tingkatan paling bawah. Berikut firman-Nyaاِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ فِى الدَّرْكِ الْاَسْفَلِ مِنَ النَّارِۚ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيْرًاۙArab-latin innal-munāfiqīna fid-darkil-asfali minan-nār, wa lan tajida lahum naṣīrāArtinya "Sungguh, orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka." QS. An-Nisa 145Menurut tafsir Kementerian Agama, ayat tersebut menjelaskan tentang peringatan terhadap orang munafik, bahwa mereka akan disiksa di neraka pada tingkatan paling bawah karena munafik adalah perbuatan paling orang-orang munafik disebut telah menipu Rasulullah SAW dan orang-orang mukmin. Maka, kelak mereka tidak akan mendapatkan penolong yang dapat menyelamatkan ataupun meringankan siksaan yang akan mereka Negatif Sifat MunafikDikutip dari buku Pendidikan Agama Islam oleh Tuti Yustiani, berikut dampak negatif yang timbul akibat sifat munafik1. Perbuatan munafik akan merugikan diri sendiri. Munafik juga termasuk salah satu penyakit hati yang dapat menutup hidayah dari Allah Orang munafik juga tidak akan dipercaya oleh orang lain karena mereka terkenal akan Munafik juga dapat memunculkan permusuhan atau ketidakharmonisan hubungan dalam kehidupan Merugikan dan menjerumuskan orang munafik diterangkan dengan jelas dalam Al Quran. Bahkan, Allah SWT menurunkan satu surat yang berisikan orang-orang munafik, yaitu Surat Al Munafiqun, surat ke-63 dalam mushaf Al Quran. Berikut ciri-ciri orang munafik sebagaimana terdapat dalam Al Quran dan hadits1. PendustaCiri orang munafik yang pertama adalah pendusta. Orang yang suka bedusta saat berbicara adalah orang yang munafik. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al Munafiqun ayat 1 sebagai berikutاِذَا جَاۤءَكَ الْمُنٰفِقُوْنَ قَالُوْا نَشْهَدُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُ اللّٰهِ ۘوَاللّٰهُ يَعْلَمُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُهٗ ۗوَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَكٰذِبُوْنَۚ - ١Artinya "Apabila orang-orang munafik datang kepadamu Muhammad, mereka berkata, "Kami mengakui, bahwa engkau adalah Rasul Allah." Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta." QS. Al Munafiqun 12. Khianat, Ingkar Janji, dan ZalimSementara itu, dalam sebuah hadits riwayat Muslim, disebutkan bahwa ada empat ciri-ciri orang munafik. Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhu, ia berkata Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا ، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَArtinya "Ada empat tanda, jika seseorang memiliki empat tanda ini, maka ia disebut munafik tulen. Jika ia memiliki salah satu tandanya, maka dalam dirinya ada tanda kemunafikan sampai ia meninggalkan perilaku tersebut, yaitu jika diberi amanat, khianat; jika berbicara, dusta; jika membuat perjanjian, tidak dipenuhi; jika berselisih, dia akan berbuat zalim." HR. Muslim3. Malas BeribadahCiri orang munafik lainnya adalah malas beribadah kepada Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam surat An-Nisa ayat 142اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْۚ وَاِذَا قَامُوْٓا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوْا كُسَالٰىۙ يُرَاۤءُوْنَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيْلًاۖ - ١٤٢Artinya "Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud ria ingin dipuji di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali." QS. An-Nisa 1424. Mengajak pada KemungkaranDalam surat At Taubah ayat 67 disebutkan bahwa orang munafik adalah orang-orang yang fasik. Mereka mengajak untuk berbuat mungkar dan mencegah untuk berbuat وَالْمُنٰفِقٰتُ بَعْضُهُمْ مِّنْۢ بَعْضٍۘ يَأْمُرُوْنَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوْفِ وَيَقْبِضُوْنَ اَيْدِيَهُمْۗ نَسُوا اللّٰهَ فَنَسِيَهُمْ ۗ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ - ٦٧Artinya "Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan mencegah perbuatan yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya kikir. Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka pula. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik." At-Taubah 67Ciri orang munafik berikutnya adalah suka mencela orang yang berbuat kebaikan. Klik halaman selanjutnya >>>>> Simak Video "Massa Aksi Bela Al-Qur'an Ancam Demo Tiap Jumat, Jika..." [GambasVideo 20detik]
Orangorang yang memegang teguh kebenaran dan menjatuhkan diri dari kebatilan. Adil dan pandai bicara Meringankan terdakwa Tags: Question 17 . SURVEY . Ungraded . 60 seconds . Report an issue . Q. Orang munafik akan disukai teman di akhirat. 5. Orang jujur selalu mendapatkan berkah di mana saja.
* Ilustrasi orang munafik. Foto U-Report Argumentasinya bernas, lengkap dengan kutipan dari literatur, mengutip perkataan ulama, alur penyampaiannya teratur dan logikanya terstruktur. Namun sayang semua itu dia gunakan untuk mendukung kemaksiatan dan kesesatan. Di zaman ini potret di atas sering kita dapati pada beberapa orang yang biasa disebut cendekiawan muslim. Ada yang membela LGBT, ada yang menentang syariat Allah, dan ada pula yang menistakan syariat Allah. Potret-potret semacam itu mengingatkan kita tentang sabda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam perihal para munafik aliimul liisan. Munafik yang pandai bersilat lidah. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam sangat mengkhawatirkan keberadaan orang-orang munafik ini, para pembual yang pandai mengolah kata dan pandai berbicara. Beliau bersabda إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ “Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti menimpa umatku, adalah setiap munafik yang pandai bicara bersilat lidah.” HR. Ahmad no. 143 Senada dengan itu, suatu ketika Umar bin al-Khattab radhiyallahu anhu naik mimbar kemudian berpidato إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى هَذِهِ الْأُمَّةِ الْمُنَافِقُ الْعَلِيمُ ، قِيلَ وَكَيْفَ يَكُونُ الْمُنَافِقُ عَلِيمٌ ؟ قَالَ عَالِمُ اللِّسَانِ، جَاهِلُ الْقَلْبِ وَالْعَمَلِ “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terhadap umat ini adalah orang pintar yang munafik. Para sahabat bertanya Bagaimana bisa seseorang itu menjadi munafik yang pintar? Umar radhiyallahu anhu menjawab “Yaitu orang yang pandai berbicara bak seorang alim, tapi hati dan perilakunya jahil”. Ihya Ulumuddin, hlm. 1/59 Adapun maksud dari Alimul Lisan pandai bicara adalah mereka mempergunakan kepandaian agamanya mempengaruhi manusia, menggunakan dalil-dalil tapi tidak mengamalkannya, banyak berkata-kata sesuai pesanan yang membayarnya dan memperindah perkataannya untuk menarik masa sebanyak-banyaknya. Al-Imam Muhammad Al-Munawi rahimahullah menjelaskannya untuk menerangkan hadist di atas عليم اللسان أي عالم للعلم منطلق اللسان به، لكنه جاهل القلب فاسد العقيدة، يغر الناس بشقشقة لسانه، فيقع بسبب تباعه خلق كثير في الزلل “Yang dimaksud dengan “’alim lisannya” yaitu dia alim terhadap ilmu dan lisannya lugas menyampaikan ilmu, akan tetapi jahil bodoh hatinya lagi rusak akidahnya, dia menipu manusia dengan kefasihan lidahnya, sehingga banyak orang tersesat karena mengikutinya.” Faidhul Qadir, 1/221 Contoh Munafik Aliimul Lisan disebutkan oleh Al-Munawi di dalam Faidhul Qadir adalah Dzul Khuwaishirah at-Tamim an-Najdi. Dia adalah orang yang menampakkan kesholehan di hadapan orang banyak, terlihat tanda-tanda atau bekas ibadah sunnahnya namun berakhlak buruk, seperti suka mencela, merasa paling benar, buruk sangka kepada kaum muslim dan keras kepada kaum muslim namun lemah lembut kepada orang kafir. Orang seperti ini sangat hina, mereka berbusana Islam tapi bertujuan untuk menyobek-nyobek busana tersebut, merusak citra Islam. Kisah Dzul Khuwaisirah ini diceritakan dalam riwayat al-Bukhari dalam Shahih-nya بَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْسِمُ، جَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ ذِي الْخُوَيْصِرَةِ التَّمِيمِيُّ، فَقَالَ ” اعْدِلْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ وَيْلَكَ وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ، قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ دَعْنِي أَضْرِبْ عُنُقَهُ Ketika Nabi shallallaahu alaihi wa sallam sedang membagi harta rampasan, tiba-tiba Abdullah bin Dzil-Khuwaishirah At-Tamiimiy datang, lalu berkata “Berbuat adillah wahai Muhammad !”. Beliau shallallaahu alaihi wa sallam bersabda “Celaka engkau. Siapakah yang akan berbuat adil jika aku tak berbuat adil ?”. Mendengar itu Umar bin Al-Khaththaab berkata “Ijinkanlah aku untuk memenggal lehernya !”. HR. Al-Bukhari no. 6933 Kisah tersebut menceritakan bahwa Dzul Khuwaishirah meminta Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam untuk berbuat adil. Dia menggunakan kata adil, bukan untuk menuntut keadilan, namun dia meggunakan kata tersebut untuk menyerang pribadi Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, tujuannya agar para sahabat menganggap beliau membagi ghanimah secara tidak adil. Pola seperti ini juga yang dilakukan hari ini, mereka mengesankan dirinya membela kebenaran dengan berbagai argumentasi yang seolah-olah syar’i, namun pada hakikatnya mereka sedang menyerang Islam, membela kemungkaran dan menggerogoti sendi-sendi Islam secara perlahan. Mewaspadai Munafik yang Pandai Bicara Di era keterbukaan informasi, orang munafik justru menampakan diri secara terang-terangan. Mereka menggunakan atribut-atribut keislaman, didapuk sebagai representasi ormas Islam, namun pemikiran jauh dari Islam, bahkan mendekati kekafiran. Mereka tidak hanya dari kalangan miskin ilmu, bahkan mereka intelektual dan cendekiawan Muslim, namun mereka mencampurkan yang haq dengan yang bathil, memelintir dalil-dalil, dan mengolah kata-katanya sehingga tampak benar. Orang-orang munafik ini pun mengaku dirinya yang paling Islam, padahal tidak. Tujuannya adalah menipu umat Islam. Ketika umat Islam sudah terbius dengan penampilan mereka, mereka mulai menampakan pemikiran-pemikiran aneh dan menyimpang kepada masyarakat. Jurus andalan mereka adalah kepandaian mereka dalam berbicara, berdebat dan berargumen. Kepada orang-orang munafik ini, hendaknya kita menjauhi mereka dan tidak peduli dengan apa yang mereka katakan. Sebagaimana firman Allah ta’ala وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ “Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa akan larangan ini, maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat akan larangan itu.” QS. Al-An’am 68 Demikianlah yang dilakukan oleh para ulama terdahulu, orang-orang munafik yang pandai bersilat lidah ini hendaknya ditinggalkan. Sebagaimana yang dilakukan Ibnu Sirin rahimahullah dalam Sunan Ad-Darimi dari Asma’ bin Ubaid دخل رجلان من أصحاب الأهواء على ابن سيرين فقالا يا أبا بكر، نحدثك بحديث؟ قال لا، قالا فنقرأ عليك آية من كتاب الله؟ قال لا، لتقومان عني أو لأقومن. قال فخرجا، فقال بعض القوم يا أبا بكر، وما كان عليك أن يقرآ عليك آية من كتاب الله تعالى؟ قال إني خشيت أن يقرآ علي آية فيحرفانها فيقر ذلك في قلبك “Dua orang ahli Bid’ah menemui Ibnu Sirin, kemudian berkata Wahai Abu Bakar, mau kah kamu mengecek hafalan hadist kami? Ibnu Sirin menjawab tidak. Lantas keduanya berkata “Kami ingin kamu mengecek pemahaman kami terhadap kitabullah? Ibnu Sirin menjawab tidak, hendaknya kalian pergi atau aku yang pergi. Maka Asma’ bin Ubaid meneruskan, mereka berdua pergi kemudian seseorang bertanya “Wahai Abu Bakar, mengapa kamu menolak mereka yang ingin mengecek pemahamannya tentang ayat-ayat al-Qur’an kepadamu? Ibnu Sirin menjawab “Saya khawatir mereka berdua akan membacakan beberapa ayat di hadapanku kemudian memelintir maknanya, dan kesesatan yang mereka sampaikan membekas di hatimu.” Sunan ad-Darimi no. 400 Keberadaan orang munafik sangat membahayakan, potensinya akan membawa umat kepada penyimpangan dan hancurnya Islam dari dalam. Dalam kehidupan, mereka tampak seperti saudara namun dalam pemikirannya mereka memusuhi Islam dan mengkhianati Islam. Apapun yang mereka ucapkan tidak lain karena motivasi duniawi atau pesanan dari pemilik kekuasaan. wallahu alam bish showab. Red
YangMelarang Kata Anjay Ketahuan Bicara Lebih Kasar, Rizky Billar: Itu Munafik Namanya Oleh Wayan Diananto pada 28 Agu 2020, 10:40 WIB. Diperbarui 28 Agu 2020 Banyak omongan nyinyir, makanya gue bingung. Sementara orang lain yang ibaratnya benar-benar pansos sama gue, benar-benar pakai nama gue di konten, gue saja enggak pernah
– Argumentasinya bernas, lengkap dengan kutipan dari literatur, mengutip perkataan ulama, alur penyampaiannya teratur dan logikanya terstruktur, namun sayang semua itu dia gunakan untuk mendukung kemaksiatan dan kesesatan. Di zaman ini, potret di atas sering kita dapati pada beberapa orang yang biasa disebut cendekiawan muslim. Ada yang membela LGBT, ada yang menetang syariat Allah da nada pula yang menistakan syariat Allah. Potret-potret semacam itu mengingatkan kita tentang sabda Nabi Muhammad –Shallallahu alaihi wasallam– perihal para munafik aliimul liisan. Munafik yang pandai bersilat lidah. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam sangat mengkhawatirkan keberadaan orang-orang munafik ini, para pembual yang pandai mengolah kata dan pandai berbicara. Beliau bersabda إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ “Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti menimpa umatku, adalah setiap munafik yang pandai bicara bersilat lidah.” HR. Ahmad no. 143 Senada dengan itu, suatu ketika Umar bin al-Khattab radhiyallahu anhu naik mimbar kemudian berpidato إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى هَذِهِ الْأُمَّةِ الْمُنَافِقُ الْعَلِيمُ ، قِيلَ وَكَيْفَ يَكُونُ الْمُنَافِقُ عَلِيمٌ ؟ قَالَ عَالِمُ اللِّسَانِ، جَاهِلُ الْقَلْبِ وَالْعَمَلِ “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terhadap umat ini adalah orang pintar yang munafik. Para sahabat bertanya Bagaimana bisa seseorang itu menjadi munafik yang pintar? Umar radhiyallahu anhu menjawab “Yaitu orang yang pandai berbicara bak seorang alim, tapi hati dan perilakunya jahil”. Ihya Ulumuddin, hlm. 1/59 Adapun maksud dari Alimul Lisan pandai bicara adalah mereka mempergunakan kepandaian agamanya mempengaruhi manusia, menggunakan dalil-dalil tapi tidak mengamalkannya, banyak berkata-kata sesuai pesanan yang membayarnya dan memperindah perkataannya untuk menarik masa sebanyak-banyaknya. Al-Imam Muhammad Al-Munawi rahimahullah menjelaskannya untuk menerangkan hadist di atas عليم اللسان أي عالم للعلم منطلق اللسان به، لكنه جاهل القلب فاسد العقيدة، يغر الناس بشقشقة لسانه، فيقع بسبب تباعه خلق كثير في الزلل “Yang dimaksud dengan “’alim lisannya” yaitu dia alim terhadap ilmu dan lisannya lugas menyampaikan ilmu, akan tetapi jahil bodoh hatinya lagi rusak akidahnya, dia menipu manusia dengan kefasihan lidahnya, sehingga banyak orang tersesat karena mengikutinya.” Faidhul Qadir, 1/221 Contoh Munafik Aliimul Lisan disebutkan oleh Al-Munawi di dalam Faidhul Qadir adalah Dzul Khuwaishirah at-Tamim an-Najdi. Dia adalah orang yang menampakkan kesholehan di hadapan orang banyak, terlihat tanda-tanda atau bekas ibadah sunnahnya namun berakhlak buruk, seperti suka mencela, merasa paling benar, buruk sangka kepada kaum muslim dan keras kepada kaum muslim namun lemah lembut kepada orang kafir. Orang seperti ini sangat hina, mereka berbusana Islam tapi bertujuan untuk menyobek-nyobek busana tersebut, merusak citra Islam. Kisah Dzul Khuwaisirah ini diceritakan dalam riwayat al-Bukhari dalam Shahih-nya بَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْسِمُ، جَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ ذِي الْخُوَيْصِرَةِ التَّمِيمِيُّ، فَقَالَ ” اعْدِلْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ وَيْلَكَ وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ، قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ دَعْنِي أَضْرِبْ عُنُقَهُ Ketika Nabi shallallaahu alaihi wa sallam sedang membagi harta rampasan, tiba-tiba Abdullah bin Dzil-Khuwaishirah At-Tamiimiy datang, lalu berkata “Berbuat adillah wahai Muhammad !”. Beliau shallallaahu alaihi wa sallam bersabda “Celaka engkau. Siapakah yang akan berbuat adil jika aku tak berbuat adil ?”. Mendengar itu Umar bin Al-Khaththaab berkata “Ijinkanlah aku untuk memenggal lehernya !”. HR. Al-Bukhari no. 6933 Kisah tersebut menceritakan bahwa Dzul Khuwaishirah meminta Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam untuk berbuat adil. Dia menggunakan kata adil, bukan untuk menuntut keadilan, namun dia meggunakan kata tersebut untuk menyerang pribadi Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, tujuannya agar para sahabat menganggap beliau membagi ghanimah secara tidak adil. Pola seperti ini juga yang dilakukan hari ini, mereka mengesankan dirinya membela kebenaran dengan berbagai argumentasi yang seolah-olah syar’i, namun pada hakikatnya mereka sedang menyerang Islam, membela kemungkaran dan menggerogoti sendi-sendi Islam secara perlahan. Mewaspadai Munafik yang Pandai Bicara Di era keterbukaan informasi, orang munafik justru menampakan diri secara terang-terangan. Mereka menggunakan atribut-atribut keislaman, didapuk sebagai representasi ormas Islam, namun pemikiran jauh dari Islam, bahkan mendekati kekafiran. Mereka tidak hanya dari kalangan miskin ilmu, bahkan mereka intelektual dan cendekiawan Muslim, namun mereka mencampurkan yang haq dengan yang bathil, memelintir dalil-dalil, dan mengolah kata-katanya sehingga tampak benar. Orang-orang munafik ini pun mengaku dirinya yang paling Islam, padahal tidak, tujuannya adalah menipu umat Islam. Ketika umat Islam sudah terbius dengan penampilan mereka, mereka mulai menampakan pemikiran-pemikiran aneh dan menyimpang kepada masyarakat. Jurus andalan mereka adalah kepandaian mereka dalam berbicara, berdebat dan berargumen. Kepada orang-orang munafik ini, hendaknya kita menjauhi mereka dan tidak peduli dengan apa yang mereka katakan. Sebagaimana firman Allah ta’ala وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ “Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa akan larangan ini, maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat akan larangan itu.” QS. Al-An’am 68 Demikianlah yang dilakukan oleh para ulama terdahulu, orang-orang munafik yang pandai bersilat lidah ini hendaknya ditinggalkan. Sebagaimana yang dilakukan Ibnu Sirin rahimahullah dalam Sunan Ad-Darimi dari Asma’ bin Ubaid دخل رجلان من أصحاب الأهواء على ابن سيرين فقالا يا أبا بكر، نحدثك بحديث؟ قال لا، قالا فنقرأ عليك آية من كتاب الله؟ قال لا، لتقومان عني أو لأقومن. قال فخرجا، فقال بعض القوم يا أبا بكر، وما كان عليك أن يقرآ عليك آية من كتاب الله تعالى؟ قال إني خشيت أن يقرآ علي آية فيحرفانها فيقر ذلك في قلبك “Dua orang ahli Bid’ah menemui Ibnu Sirin, kemudian berkata Wahai Abu Bakar, mau kah kamu mengecek hafalan hadist kami? Ibnu Sirin menjawab tidak. Lantas keduanya berkata “Kami ingin kamu mengecek pemahaman kami terhadap kitabullah? Ibnu Sirin menjawab tidak, hendaknya kalian pergi atau aku yang pergi. Maka Asma’ bin Ubaid meneruskan, mereka berdua pergi kemudian seseorang bertanya “Wahai Abu Bakar, mengapa kamu menolak mereka yang ingin mengecek pemahamannya tentang ayat-ayat al-Qur’an kepadamu? Ibnu Sirin menjawab “Saya khawatir mereka berdua akan membacakan beberapa ayat di hadapanku kemudian memelintir maknanya, dan kesesatan yang mereka sampaikan membekas di hatimu.” Sunan ad-Darimi no. 400 Keberadaan orang munafik sangat membahayakan, potensinya akan membawa umat kepada penyimpangan dan hancurnya Islam dari dalam. Dalam kehidupan, mereka tampak seperti saudara namun dalam pemikirannya mereka memusuhi Islam dan mengkhianati Islam. Apapun yang mereka ucapkan tidak lain karena motivasi duniawi atau pesanan dari pemilik kekuasaan. wallahu alam bish showab.. Al bani/
\n\n \n\n orang munafik yang pandai bicara
Halini membantu kami mengurutkan jawaban pada halaman. Orang yg hobi membaca adalah orang yang dalam pandai bicara. Jawabannya bisa iya, bisa jadi, dan tidak. Hobi membaca dan pandai bicara adalah dua hal berbeda. Ketika kamu hobi membaca belum tentu bisa menuangkan apa yang ada dipikiran mu keluar mulutmu.

Munafik atau disebut juga nifak merupakan perbuatan ketika seseorang cenderung menampakkan sisi baik dibandingkan buruk. Dalam bahasa Arab, munafik artinya “orang yang berpura-pura”. Agar hidup senantiasa nyaman, penting bagi Parents mengetahui apa saja ciri-ciri orang munafik. Mundur ke belakang, orang munafik mengakui Rasulullah padahal memusuhi agama Islam. Orang seperti ini sangat pandai bermain watak dan tidak sungkan bermuka manis di hadapan banyak orang untuk menyembunyikan keburukan. Peristiwa ini tergambar dalam QS. Al-Baqarah ayat 8 وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَۘ Artinya Dan di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Itulah sebabnya orang munafik mendapat ancaman dengan balasan neraka di tingkat paling bawah, dibenci Allah SWT, serta di akhirat nantinya akan dipisahkan dari golongan orang beriman. Sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 145 إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ فِى ٱلدَّرْكِ ٱلْأَسْفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا Artinya Sesungguhnya orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka. 7 Ciri-ciri Orang Munafik Selain definisi, sejatinya ciri orang yang munafik telah tercantum dalam Alquran. Mengutip berbagai sumber, berikut ulasannya 1. Ingkar Janji Ciri pertama adalah orang munafik gemar mengingkari janji. Selain perkataan, perbuatannya pun sulit ditepati. Dengan kata lain, seseorang yang munafik akan sulit memegang janjinya sendiri yang telah ia terbarkan kepada orang lain. Dalam Islam, menepati janji hukumnya wajib seperti tercantum dalam QS. An-Nahl ayat 91 yang artinya “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpahmu itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu terhadap sumpah-sumpahmu itu. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” Artikel terkait 15 Ciri-Ciri Anak Indigo, Apakah Si Kecil Juga Memilikinya? 2. Gemar Berdusta Selanjutnya adalah gemar berdusta adalah tindakan yang sangat identik dengan orang munafik. Padahal, sifat ini sangat dibenci oleh Allah SWT. Seperti tertera dalam salah satu hadits “Tanda orang munafik ada tiga, salah satunya adalah jika berbicara dia dusta.” HR. Bukhari dan Muslim Sebenarnya, ada banyak motif mengapa seseorang memilih berbohong, salah satunya sebagai cara agar lawan bicara bisa percaya dengan apa yang dikatakan. Saking lazimnya, banyak juga orang yang berbohong atas nama kebaikan. Kendati begitu, bohong tetaplah merupakan kebohongan dan umumnya akan berlanjut pada dusta lainnya. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ahzab ayat 24 yang artinya “Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” 3. Berkhianat Selain manusia amanah, ada juga sosok manusia yang khianat. Adapun amanah adalah melaksanakan kewajiban yang sudah disanggupi, sementara khianat adalah berlaku curang atau membatalkan kewajiban. Awas, ini merupakan salah satu ciri-ciri orang munafik. Semua hal yang kita nikmati di dunia, selain dari kerja keras dan usaha adalah bentuk titipan dari Allah SWT. Bila Allah SWT telah menitipkan sesuatu kepada kita, sudah sepatutnya untuk menjaga titipan itu demi kebaikan. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 58 yang artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya….” Sayangnya, orang munafik akan mengingkari apa yang sudah dititipkan alias tidak menjaganya dengan baik, bahkan menghancurkannya. Oleh karenanya, alangkah baiknya tidak perlu berjanji jika belum mampu menepati. Artikel terkait Waspada Predator Anak! Kenali 7 Ciri-Ciri Pelaku Pedofil Berikut ini 4. Malas Beribadah Enggan beribadah juga merupakan tanda orang munafik yang perlu diwaspadai. Bukan tanpa alasan, orang munafik selalu beranggapan beribadah adalah beban berat untuk dijalani. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 142 yang artinya “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya dengan shalat di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” Kalaupun sekali waktu beribadah, orang munafik bisa diperhatikan dari cara sholatnya. Mereka melakukan sholat tidak khusyuk serta mempercepat gerakan dan bacaan sholatnya. Seperti dikatakan hadits Nabi berikut ini “Itulah salat orang munafik. Itulah salat orang munafik. Itulah salat orang munafik. Yaitu dia menunggu matahari sampai hampir terbenam kemudian dia berdiri untuk sholat asar, lalu mempercepat tanpa ada rasa khusyuk sedikitpun empat rakaat, tanpa mengingat Allah di dalamnya kecuali sedikit sekali.” HR Muslim. 5. Menyampaikan Sumpah Palsu Pernahkah Parents mendengar seseorang yang dengan mudahnya mengucapkan Demi Allah’? Terlebih ucapan ini dilontarkan ketika melakukan sebuah kesalahan, tanpa memikirkan dosa atau dampak apa yang akan diterima. Inilah ciri munafik yang sebaiknya dihindari. Perihal orang yang suka memberikan sumpah palsu ini telah dijelaskan dalam Alquran surat Al-Munafiqun ayat 2 yang artinya “Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi manusia dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.” Artikel terkait Ciri Keluarga Disfungsional dan Dampak Negatifnya untuk Anak, Waspada! 6. Fujur dalam Pertikaian Fujur adalah keinginan untuk selalu merasa menang sendiri, alias tidak menerima kekalahan. Allah SWT berfirman dalam QS. Asy-Syams ayat 7-10 yang artinya “Demi jiwa serta penyempurnaan ciptaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” Allah SWT sejatinya memberikan jiwa manusia dua sifat, yakni fujur kefasikan dan taqwa. Sifat fujur diciptakan untuk memaksimalkan sifat taqwa setiap manusia agar menjadi pribadi yang mulia. Orang yang memilih jalan fujur akan membiarkan akalnya melanglang buana melalui jalan sesat sehingga pemikirannya akan berseberangan dengan fitrah pencipta. Akibatnya, imannya menjadi lemah. 7. Riya Sifat sombong yang sangat tercela dan dibenci Allah SWT adalah riya. Riya atau sombong adalah perilaku yang sampai saat ini masih ada saja orang yang melakukannya. Orang pemilik sifat ini cenderung sombong dengan apa yang mereka miliki, sehingga membuat dirinya menjadi orang yang tinggi hati dan jahat. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ma’mun ayat 4-7 yang artinya “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan menolong dengan barang berguna, sedikit berzikir.” Orang yang sudah berbuat munafik juga cenderung bangga dengan perbuatan salah yang telah dilakukannya. Tidak jarang, golongan ini akan menempuh jalan apapun demi mencari pembenaran atas perbuatannya. Parents, itulah deretan ciri-ciri orang munafik dan semoga kita semua terhindar dari sifat ini. Baca juga 7 Ciri Seorang Perempuan Disukai oleh Jin, Kenali dan Waspadai! 10 Ciri Pubertas pada Anak Perempuan dan Laki-laki, Parents Perlu Pahami 8 Ciri-Ciri Wanita yang Menutupi Perasaan Cintanya, Pasangan Anda Termasuk? Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

Munafikyang pandai bersilat lidah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sangat mengkhawatirkan keberadaan orang-orang munafik ini, para pembual yang pandai mengolah kata dan pandai berbicara. Beliau bersabda : إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ Sosok munafik di zaman mana pun dan di negeri mana pun akan menjadi momok yang menyusahkan. Seolah berada pada pihak mukmin padahal sejatinya ada di pihak lain. Orang seperti ini kadang argumentasinya bernas, lengkap dengan kutipan dari literatur, mengutip perkataan ulama, alur penyampaiannya teratur dan logikanya terstruktur, namun sayang semua itu dia gunakan untuk mendukung kemaksiatan dan kesesatan. Di zaman ini, potret di atas sering kita dapati pada beberapa orang yang biasa disebut cendekiawan muslim. Ada yang membela LGBT, ada yang menetang syariat Allah da nada pula yang menistakan syariat Allah. Potret-potret semacam itu mengingatkan kita tentang sabda Nabi Muhammad –Shallallahu alaihi wasallam– perihal para munafik aliimul liisan. Munafik yang pandai bersilat lidah. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam sangat mengkhawatirkan keberadaan orang-orang munafik ini, para pembual yang pandai mengolah kata dan pandai berbicara. Beliau bersabda إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ “Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti menimpa umatku, adalah setiap munafik yang pandai bicara bersilat lidah.” HR. Ahmad no. 143 Senada dengan itu, suatu ketika Umar bin al-Khattab radhiyallahu anhu naik mimbar kemudian berpidato إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى هَذِهِ الْأُمَّةِ الْمُنَافِقُ الْعَلِيمُ ، قِيلَ وَكَيْفَ يَكُونُ الْمُنَافِقُ عَلِيمٌ ؟ قَالَ عَالِمُ اللِّسَانِ، جَاهِلُ الْقَلْبِ وَالْعَمَلِ “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terhadap umat ini adalah orang pintar yang munafik. Para sahabat bertanya Bagaimana bisa seseorang itu menjadi munafik yang pintar? Umar radhiyallahu anhu menjawab “Yaitu orang yang pandai berbicara bak seorang alim, tapi hati dan perilakunya jahil”. Ihya Ulumuddin, hlm. 1/59 Adapun maksud dari Alimul Lisan pandai bicara adalah mereka mempergunakan kepandaian agamanya mempengaruhi manusia, menggunakan dalil-dalil tapi tidak mengamalkannya, banyak berkata-kata sesuai pesanan yang membayarnya dan memperindah perkataannya untuk menarik masa sebanyak-banyaknya. Al-Imam Muhammad Al-Munawi rahimahullah menjelaskannya untuk menerangkan hadist di atas عليم اللسان أي عالم للعلم منطلق اللسان به، لكنه جاهل القلب فاسد العقيدة، يغر الناس بشقشقة لسانه، فيقع بسبب تباعه خلق كثير في الزلل “Yang dimaksud dengan “’alim lisannya” yaitu dia alim terhadap ilmu dan lisannya lugas menyampaikan ilmu, akan tetapi jahil bodoh hatinya lagi rusak akidahnya, dia menipu manusia dengan kefasihan lidahnya, sehingga banyak orang tersesat karena mengikutinya.” Faidhul Qadir, 1/221 Contoh Munafik Aliimul Lisan disebutkan oleh Al-Munawi di dalam Faidhul Qadir adalah Dzul Khuwaishirah at-Tamim an-Najdi. Dia adalah orang yang menampakkan kesholehan di hadapan orang banyak, terlihat tanda-tanda atau bekas ibadah sunnahnya namun berakhlak buruk, seperti suka mencela, merasa paling benar, buruk sangka kepada kaum muslim dan keras kepada kaum muslim namun lemah lembut kepada orang kafir. Orang seperti ini sangat hina, mereka berbusana Islam tapi bertujuan untuk menyobek-nyobek busana tersebut, merusak citra Islam. Kisah Dzul Khuwaisirah ini diceritakan dalam riwayat al-Bukhari dalam Shahih-nya بَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْسِمُ، جَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ ذِي الْخُوَيْصِرَةِ التَّمِيمِيُّ، فَقَالَ ” اعْدِلْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ وَيْلَكَ وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ، قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ دَعْنِي أَضْرِبْ عُنُقَهُ Ketika Nabi shallallaahu alaihi wa sallam sedang membagi harta rampasan, tiba-tiba Abdullah bin Dzil-Khuwaishirah At-Tamiimiy datang, lalu berkata “Berbuat adillah wahai Muhammad !”. Beliau shallallaahu alaihi wa sallam bersabda “Celaka engkau. Siapakah yang akan berbuat adil jika aku tak berbuat adil ?”. Mendengar itu Umar bin Al-Khaththaab berkata “Ijinkanlah aku untuk memenggal lehernya !”. HR. Al-Bukhari no. 6933 Kisah tersebut menceritakan bahwa Dzul Khuwaishirah meminta Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam untuk berbuat adil. Dia menggunakan kata adil, bukan untuk menuntut keadilan, namun dia meggunakan kata tersebut untuk menyerang pribadi Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, tujuannya agar para sahabat menganggap beliau membagi ghanimah secara tidak adil. Pola seperti ini juga yang dilakukan hari ini, mereka mengesankan dirinya membela kebenaran dengan berbagai argumentasi yang seolah-olah syar’i, namun pada hakikatnya mereka sedang menyerang Islam, membela kemungkaran dan menggerogoti sendi-sendi Islam secara perlahan. Mewaspadai Munafik yang Pandai Bicara Di era keterbukaan informasi, orang munafik justru menampakan diri secara terang-terangan. Mereka menggunakan atribut-atribut keislaman, didapuk sebagai representasi ormas Islam, namun pemikiran jauh dari Islam, bahkan mendekati kekafiran. Mereka tidak hanya dari kalangan miskin ilmu, bahkan mereka intelektual dan cendekiawan Muslim, namun mereka mencampurkan yang haq dengan yang bathil, memelintir dalil-dalil, dan mengolah kata-katanya sehingga tampak benar. Orang-orang munafik ini pun mengaku dirinya yang paling Islam, padahal tidak, tujuannya adalah menipu umat Islam. Ketika umat Islam sudah terbius dengan penampilan mereka, mereka mulai menampakan pemikiran-pemikiran aneh dan menyimpang kepada masyarakat. Jurus andalan mereka adalah kepandaian mereka dalam berbicara, berdebat dan berargumen. Kepada orang-orang munafik ini, hendaknya kita menjauhi mereka dan tidak peduli dengan apa yang mereka katakan. Sebagaimana firman Allah ta’ala وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ “Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa akan larangan ini, maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat akan larangan itu.” QS. Al-An’am 68 Demikianlah yang dilakukan oleh para ulama terdahulu, orang-orang munafik yang pandai bersilat lidah ini hendaknya ditinggalkan. Sebagaimana yang dilakukan Ibnu Sirin rahimahullah dalam Sunan Ad-Darimi dari Asma’ bin Ubaid دخل رجلان من أصحاب الأهواء على ابن سيرين فقالا يا أبا بكر، نحدثك بحديث؟ قال لا، قالا فنقرأ عليك آية من كتاب الله؟ قال لا، لتقومان عني أو لأقومن. قال فخرجا، فقال بعض القوم يا أبا بكر، وما كان عليك أن يقرآ عليك آية من كتاب الله تعالى؟ قال إني خشيت أن يقرآ علي آية فيحرفانها فيقر ذلك في قلبك “Dua orang ahli Bid’ah menemui Ibnu Sirin, kemudian berkata Wahai Abu Bakar, mau kah kamu mengecek hafalan hadist kami? Ibnu Sirin menjawab tidak. Lantas keduanya berkata “Kami ingin kamu mengecek pemahaman kami terhadap kitabullah? Ibnu Sirin menjawab tidak, hendaknya kalian pergi atau aku yang pergi. Maka Asma’ bin Ubaid meneruskan, mereka berdua pergi kemudian seseorang bertanya “Wahai Abu Bakar, mengapa kamu menolak mereka yang ingin mengecek pemahamannya tentang ayat-ayat al-Qur’an kepadamu? Ibnu Sirin menjawab “Saya khawatir mereka berdua akan membacakan beberapa ayat di hadapanku kemudian memelintir maknanya, dan kesesatan yang mereka sampaikan membekas di hatimu.” Sunan ad-Darimi no. 400 Keberadaan orang munafik sangat membahayakan, potensinya akan membawa umat kepada penyimpangan dan hancurnya Islam dari dalam. Dalam kehidupan, mereka tampak seperti saudara namun dalam pemikirannya mereka memusuhi Islam dan mengkhianati Islam. Apapun yang mereka ucapkan tidak lain karena motivasi duniawi atau pesanan dari pemilik kekuasaan. wallahu alam bish showab.. mh Sumber .
  • mpia5d47je.pages.dev/77
  • mpia5d47je.pages.dev/278
  • mpia5d47je.pages.dev/35
  • mpia5d47je.pages.dev/889
  • mpia5d47je.pages.dev/103
  • mpia5d47je.pages.dev/854
  • mpia5d47je.pages.dev/51
  • mpia5d47je.pages.dev/642
  • mpia5d47je.pages.dev/622
  • mpia5d47je.pages.dev/917
  • mpia5d47je.pages.dev/536
  • mpia5d47je.pages.dev/81
  • mpia5d47je.pages.dev/596
  • mpia5d47je.pages.dev/567
  • mpia5d47je.pages.dev/382
  • orang munafik yang pandai bicara